Para Sejarawan Abad Pertengahan

Para Sejarawan Abad Pertengahan - Salah seorang sejarawan yang terkenal masa itu adalah Cassiodorus, seorang pegawai tinggi dari istana kaisar suku Goth Timur yaitu Theodorik. Akan tetapi ia sendiri adalah orang Romawi katolik yang dipekerjakan oleh raja Goth. Ia sesunguhnya keturunan orang Siria, akan tetapi sudah sejak lama nenek moyangnya bekerja sebagai pejabat tinggi pada kekaisaran Romawi. Ia juga pernah belajar pada sekolah “artes liberals (seni yang bebas, yaitu retorica, gramatika dan dialektika). Seperti kebiasaan nenek moyangnya yaitu pejabat yang juga menjadi sejarawan, ia juga menjadi sejarahwan. Buku pertamanya adalah Chronika, yang merupakan buku asal-usul politik dari putra mahkota Kaisar Goth Timur sebelum tahun 519. Oleh karena mempunyai pandangan atau misi politik, maka tidak dilaporkan mengenai kelahiran Kristus dan kejatuhan dari kekaisaran Romawi Barat.
Para Sejarawan Abad Pertengahan
Setelah tidak menjadi pejabat tinggi sehubungan dengan pengambialihan Italia oleh kaisar Yustnianus, Cassiodorus masih menulis suatu karya lagi yang merupakan/ berasal dari surat2 resmi yang sangat banyak ketika masih menjadi pejabat Karyanya itu  diberi judul Variae, yang bisa dianggap sebagai terbitan sumber2 sejarah tertua.Ketika itu ia juga mengalami penyadaran agama (masuk agama Kristen), dan sesudah itu terutama sibuk dengan kebudayaan. Selama lebih dari seperempat abad, walaupun ia sendiri bukan seorang biara, ia mempelajari Injil, sejarah para murid Yesus dan para penulis2 antik. Hasil dari studinya disusun dalam suatu karangan yang berjudul Institutiones. Dalam edisi bahasa Latin karyanya terkenakl dengan nama historia exclesiastica of Historia tripatita, yang tidak lain adalah sejarah gereja.
Cassiodorus juga bergaul dengan ahli arsip paus, chronoloog dan ahli hukum agama (canonist) Dionysius Exiguus. Walaupun bukan seorang sejarawan Dionysius menulis karya2 dogmatis, gereja dan hagiografis (tentang orang2 suci)..  Disamping itu ia juga ikut ambil bagian dalam diskusi Liber de Paschate, yaitu mengenai Paasdatuum dan ia memasukkan penanggalan Kristen, yaitu penghitungan tahun sejak kelahiran Yesus (“Anno Incanationis” atau “Anno Domini” yang disingkat A.D.).Walaupun Dionysius telah membat kesalahan dengan menempatkan kelahiran Kristus terlamsbat 3 – 7 tahun (Kristus sesungguhnya telah dilahirkan beberapa tahun 1 Kristus/ Masehi), namun demikian secara lambat laun dalam Abad Tengah hal itu diterima saja.
Di istana Paus juga dilakukan penulisan mengenai biografi para Paus yang dikenal dengan istilah Liber pontificalis (buku paus). Dengan judul itu maka pada 1886-1892 penulisan sejarah pemerintahan para paus juga dibuat / dilanjutkan oleh ahli sejarah gereja Perancis yaitu Louis  Duchesne (+1922), yaitu sejak tahun 500 sampai kematian Paus van Martinus V (+ 496(). Demikian juga di Roma oleh Paus Gregorius  Agung (540-604)  juga ditulis sejarah para orang suci (hagiografi) sebagai tradisi yang sudah kuna,  yaitu Dialogi de vita en miraculis patrum italicarum (dialog mengenai kehidupan dan keajaiban/ mujijat para orang suci atau santo Italia).
Salah seorang sejarawan yang sekaligus sebagai filosof gereja pada jaman Romawi yang terkenal adalah Aurelius Agustinus (345 – 430). Ia diangkat menjadi pendeta gereja Romawi di Afrika Utara tahun 391 dan menjadi bishop tahun 395. Ia telah belajar pada pendidikan klasik Romawi dan menajdi professor dalam bidang retorika. Namun demikian ajarannya lebih terkenal pada abad pertengahan, sehingga ia uga lazim disebut sebagai sejarawan Abad Tengah. Dalam filsafat agamanya ia menyatakan bahwa “kebenaran wahyu itu diatas (mengatasi) pemikiran akal budi. Dia juga menyatakan bahwa harus ada saling pengertian antara akal da kepercayaan, dan sedapat mungkin akal itu meneguhkan kepercayaan.
Salah satu  karya yang termasyur dari Agustinus adalah “De Civitate Dei” (kotanya Tuhan) yang terdiri 22 jilid ditullis pada tahun 412-426. Karya itu sesungguhnya sehubungan dengan pernyataan2 orang2 kafir/ penyembah berhala, ketika pendudukan Roma oleh Alerik (410) nengakibatkan penerimaan agama Kristen menjadi agama negara. Secara lebih umum buku itu merupakan karangan diskusi antara orang2 Kristen dengan orang2 Kafir penyembah berhala mengenai peranan  Tuhan  atau dewa2 meraka dalam penyerangan orang2 German dan  bencana2 yang menimpa Roma. Agustinus memulai dari “pertahanan dari kota itu (kota Tuhan) terhadap semua orang2 yang menempatkan dewa2 mereka diatas Yang Maha Pencipta.” Dalam 10 buku yang pertma ia memberika jawaban kepada musuh2 dari kota suci, dan ia menunjukkan ketidakberdayaan social dan kejiwaan  dari agama penyembah berhala itu. Sejarah Romawi menujukkan bahwa agama kafir itu tidak menjamin Kekaisaran bebas dari bencana. Kebesaran Romawidatang dari Satu Tuhan Yang benar 
Karya Agustinus yang lain antara lain “Confessiones” (pengakuan hidupnya), “Doktrin Cristina” (ajaran Kristen) dan “Catechizandis Rudibud (pengajaran agama kepada yang tidak tahu).
Karyanya yang berjudul De Civitate Dei sesungguhnya merupakan apologi (pembelaan) sehubungan adanya tuduhan orang-orang kafir yang mengatakan bahwa kehancuran Romawi disebabkan oleh orang-orang Kristen  yang tidak menyembah para Dewa, sehingga dihukum oleh Dewa. Ia juga menolak skeptisisme da ajaran Plato mengenai Jiwa yang dipenjarakan dalam tubuh. Menurutnya Tuhan mencipta azas-azas yang umum dari jiwa. Disamping itu bahwa pada saat dicipta jiwa sudah mempunyai pengetahuan, hanya saja nantinya akan terus dibangun daripengalaman hidup yang konkrit. Jiwa manusia bukanlah merupakan emanasi dari Tuhan, akan etapi dicipta oleh uhan atas dasar kemauan yang bebas dari Tuhan.
Beberapa karya Agustinus antara lain “De Civitate Dei” (kotanya Tuhan), “Confessiones” (pengakuan hidupnya), “Doktrin Cristina” (ajaran Kristen) dan “Catechizandis Rudibud (pengajaran agama kepada yang tidak tahu). Karyanya yang berjudul De Civitate Dei sesungguhnya merupakan apologi (pembelaan) sehubungan adanya tuduhan orang-orang kafir yang mengatakan bahwa kehancuran Romawi disebabkan oleh orang-orang Kristen  yang tidak menyembah para Dewa, sehingga dihukum oleh Dewa. Ia juga menolak skeptisisme da ajaran Plato mengenai Jiwa yang dipenjarakan dalam tubuh. Menurutnya Tuhan mencipta azas-azas yang umum dari jiwa. Disamping itu bahwa pada saat dicipta jiwa sudah mempunyai pengetahuan, hanya saja nantinya akan terus dibangun daripengalaman hidup yang konkrit. Jiwa manusia bukanlah merupakan emanasi dari Tuhan, akan etapi dicipta oleh uhan atas dasar kemauan yang bebas dari Tuhan.[gs]