VOC sebagai Kekuatan Baru Dibandingkan dengan Belanda (Ekspedisi pertama Balanda di bawah pimpinan Cornellis de Houtman tiba di Banten tahun 1596) dan Inggris (ekspedisi pertama Inggris di bawah pimpinan Sir Francis Drake yang singgah di Ternate, Sulawesi dan Jawa diakhir tahun 1579) yang baru datang ke wilayah ini menjelang akhir abad ke-16, maka organisasi perdagangan Portugis memang kelihatan kuno dan kurang efisien.
Organisasi dagang yang dibentuk para pedagang dan penguasa Belanda, yaitu Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) mempunyai tujuan utama yang jelas, yaitu dagang. Ketegasan itu antara lain tercermin dari khirarkhi VOC itu sendiri. Jabatan “Eerste Koopman” misalnya, dalam hirarkhi VOC merupakan jabatan penting dan strategis. Pada zaman kejayaannya, hampir semua mantan pejabat “Eerste Koopman” menjadi gubernur jenderal.
Dalam menanamkan pengaruhnya di Nusantara, baik Portugis maupun Belanda banyak mempergunakan pola-pola konflik setempat. Disamping itu mereka juga membawa konflik-konflik mereka di Eropa ke wilayah ini, yang kemudian juga dipergunakan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sejak berdirinya, VOC sudah mempersiapkan diri untuk peperangan, terutama melawan musuh-musuhnya di Eropa. Pertama melawan Portugis dan Spanyol, setelah itu EIC (Inggris). Permusuhan antar kekuatan Barat ini tidak saja karena pada dasarnya telah bermusuhan di Eropa, melainkan juga karena persaingan dagang di kepulauan Indonesia dan Semenanjung Melayu, di mana tiap-tiap pihak ingin memperoleh monopoli atas perdagangan tersebut.[gs]