Sumpah Pemuda - Nasionalime bukan hanya menjadi milik organisasi-organisasi politik tapi kemudian menjadi milik para pelajar dan pemuda yang kemudian terhimpun kedalam PPPI (perhimpunan-perhimpunan pelajar indonesia), organisasi tersebut didirikan tahun 1926 dan merupakan perkumpulan mahasiswa Recht Schoolgeschar dan STOVIA untuk merealisasikan persatuannya dan menghilangkan sifat-sifat kedaerahan dan mencapai Indonesia satu maka diadakanlah suatu kongres yang bertujuan membentuk badan sentral, mengajukan paham kesatuan, dan semakin mempererat hubungan diantara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Organisasi pemuda yang berkembang pada masa pergerakan nasional sangat banyak. Hampir di seluruh wilayah atau daerah di Indonesia ada, di antaranya Perkumpulan Pasundan (1914) yang ditujukan untuk mempertinggi kesopanan, kecerdasan, dan kegiatan kemasyarakatan. Organisasi pemuda lainnya ialah Tri Koro Dharmo (1915) yang nanti berganti nama menjadi Jong Java (1918), Jong Minahasa (1918), Jong Sumatranen Bond (1918), Jong Ambon (1920), Kaum Betawi (1923), dan lain sebagainya. Pada perkembangan berikutnya ada di antara organisasi pemuda tersebut yang berkembang pada pergerakan politik, seperti Jong Java yang berkeinginan menghimpun pelajar-pelajar Indonesia dalam membentuk kesatuan Indonesia (Gunawan 2013).
Organisasi-organisasi pemuda tersebut mengadakan Kongres Pemuda I pada bulan Mei 1926 dengan tujuan untuk menyatukan organisasi-organisasi pemuda itu. Pada Kongres Pemuda II, rasa penyatuan itu semakin jelas dengan dikeluarkan ikrar. Ikrar atau sumpah para pemuda yang dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 dengan nama Sumpah Pemuda, isinya tiga sendi persatuan Indonesia yaitu:
- Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
- Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
- Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Dalam kongres inilah untuk pertama kalinya dikumandangkan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dan dikibarkan bendera merah putih sebagai bendera pusaka. Peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 ini merupakan puncak pergerakan nasional. Sehingga sampai sekarang setiap tanggal 28 Oktober dinyatakan dan diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Kondisi perjuangan nasional Indonesia sampai meletusnya Perang dunia II tidak banyak berubah karena pada dasarnya pemerintah Belanda enggan melepaskan Indonesia dari kekuasaannya. Dengan demikian bangsa Indonesia memasuki masa Perang Dunia II dengan perasaan kecewa terhadap Belanda, karena tidak mau mengerti aspirasi rakyat Indonesia akan kemerdekaan. Karena itu ketika Jepang menguasai Indonesia, para pemimpin pergerakan tidak melawan, tetapi menunggu dan melihat situasi.[gs]