Sejarah Lengkap Kerajaan Majapahit - Setelah Singhasari jatuh, berdirilah Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur, antara abad ke-14 - ke-15 M. Berdirinya kerajaan ini sebenarnya sudah direncanakan oleh Kertarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya). Ia me mpunyai tugas untuk melanjutkan kemegahan Singhasari yang saat itu sudah hampir runtuh. Saat itu dengan dibantu oleh Arya Wiraraja seorang penguasa Madura, Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang disebut dalam kitab Pararaton sebagai “hutannya orang Trik”. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertmpur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya.
Bendera Resmi Kerajaan Majapahit
Bendera Resmi Kerajaan Majapahit

Pada masa pemerintahannya Raden Wijaya mengalami pemberontakan yang dilakukan oleh sahabat-sahabatnya yang pernah mendukung perjuangan dalam mendirikan Majapahit. Setelah Raden Wijaya wafat, ia digantikan oleh putranya Jayanegara. Jayanegara dikenal sebagai raja yang kurang bijaksana dan lebih suka bersenang-senang. Kondisi itulah yang menyebabkan pembantupembantunya melakukan pemberontakan.  Di antara pemberontakan tersebut, yang dianggap paling berbahaya adalahpemberontakan Kuti. Pada saat itu, pasukan Kuti berhasil menduduki ibu kota negara. Jayanegara terpaksa menyingkir ke Desa Badander di bawah perlindungan pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada. Gajah Mada kemudian menyusun strategi dan berhasil menghancurkan pasukan Kuti. Atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan (1319-1321 M) dan Patih Kediri (1322-1330 M). Kerajaan Majapahit penuh dengan intrik politik dari dalam kerajaan itu sendiri. Kondisi yang sama juga terjadi menjelang keruntuhan Majapahit. Masa pemerintahan Tribhuwanattunggadewi Jayawisnuwarddani adalah pembentuk kemegahan kerajaan. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk. Pada masa Hayam Wuruk itulah Majapahit berada di puncak kejayaannya. Hayam Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389 M. 
Kerajan Majapahit: Sumber Sejarah, Raja, Silsilah, Agama, Kejayaan Serta Kemundurannya
Kerajan Majapahit: Sumber Sejarah, Raja, Silsilah, Agama, Kejayaan Serta Kemundurannya

Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan melebihi luas wilayah Republik Indonesia sekarang. Oleh karena itu, Muhammad Yamin menyebut Majapahit dengan sebutan negara nasional kedua di Indonesia. Seluruh kepulauan di Indonesia berada di bawah kekuasaan Majapahit. Hal ini memang tidak dapat dilepaskan dari kegigihan Gajah Mada. Sumpah Palapa, ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-citanya, Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman dan Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit membentuk angkatan laut yang sangat kuat. Tugas utamanya adalah mengawasi seluruh perairan yang ada di Nusantara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan di berbagai bidang. Menurut Kakawin Nagarakertagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian Kepulauan Filipina. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.  Untuk memahami lebih lanjut kamu dapat membaca buku Endang Kristinah dan Aris Soviyani, Mutiara-Mutiara Majapahit; Trowulan, Situs Kota Majapahit; dan Taufik Abdullah dan Adrian B. Lapian, Indonesia Dalam Arus Sejarah, Jilid II. Pada saat diangkat sebagai Mahapatih Gajah Mada bersumpah bahwa ia tidak akan beristirahat (amukti palapa) jika belum dapat menyatukan seluruh Nusantara. Sumpah itu kemudian dikenal dengan Sumpah Palapa sebagai berikut : “Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring Gurun, ring seran, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo,ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saman isun amukti palapa”.
Kerajan Majapahit: Sumber Sejarah, Raja, Silsilah, Agama, Kejayaan Serta Kemundurannya
Kerajan Majapahit: Sumber Sejarah, Raja, Silsilah, Agama, Kejayaan Serta Kemundurannya

Sejarah Singkat Kerajaan Majapahit
Bermula dari adanya serangan Jayakatwang yang menyerang Kerajaan Singosari. Raden Wijaya yang bertugas menghadang pasukan di sebelah utara ternyata mendapati serangan lebih besar dilancarkan dari arah selatan. Raden Wijaya pun kembali ke istana. Melihat istana yang porak poranda dan terbunuhnya Kertanegara, akhirnya Raden Wijaya melarikan diri. Raden Wijaya melarikan diri bersama tentaranya yang setia dengan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah dirasa aman, Raden Wijaya menuju Madura meminta perlindungan Aryawiraraja. Oleh Aryawiraraja, Raden Wijaya dihadiahi hutan tarik agar diurus sebagai daerah kekuasaannya. Hutan tarik sebagai hadiah tersebut dijadikan sebagai sebuah desa yang diberi nama Majapahit. Nama Majapahit sendiri diambil dari kata “buah maja yang berasa pahit”. Hal ini karena didaerah tersebut banyak sekali ditemukan buah maja dengan mudahnya. Pada saat itu pula, pasukan tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin oleh Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing yang bermaksud mencari Kertanegara untuk dihabisinya. Adanya situasi ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya dengan memberitahukan bahwa Kertanegara sedang berada di istana. Namun, para tentara Mongol tidak mengetahui jika Kertanegara telah tewas, dan Kertanegara yang dimaksudkan Raden Wijaya adalah Jayakatwang. Setelah Kertanegara palsu (Jayakatwang) terbunuh, para tentara Mongol berpesta. Keadaan ini pun dimanfaatkan kembali oleh Raden Wijaya dengan menyerang pasukan Mongol hingga terusir dari Jawa dan kembali ke negerinya. Sehingga pada tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
Peta Wilayah kekuasaan Majapahit
Peta Wilayah kekuasaan Majapahit

Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit
Sumber Sejarah dari Kerajaan Majapahit antara lain:
  1. Prasasti Butak (1294 M) – Memuat peristiwa runtuhnya Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan Majapahit.
  2. Kidung Harsawijaya dan kidung Panji Wijayakrama – Berkisah perjuangan Raden Wijaya melawan Kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit.
  3. Kitab Pararaton – Menceritakan pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit.
  4. Kitab Negarakertagama – Menceritakan keadaan Majapahit masa pemerintahan Hayam Wuruk
Raja-Raja Yang Memerintah Majapahit
Raden Wijaya, Founding Father Majapahit
Raden Wijaya, Founding Father Majapahit

  1. Raden Wijaya. Berdirinya Kerajaan Majapahit sangat berhubungan dengan runtuhnya Kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari runtuh setelah salah satu raja vasalnya yaitu Jayakatwang mengadakan pemberontakan. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Raja Singasari terakhir yaitu Kertanegara. Raden Wijaya beserta istri dan pengikutnya dapat meloloskan diri ketika Singasari diserang Jayakatwang. Raden Wijaya meloloskan diri dan pergi ke Madura untuk menemui dan meminta perlindungan Bupati Sumenep dari Madura yaitu Aryawiraraja. Berkat Aryawiraraja juga, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang, bahkan Raden Wijaya sendiri diberi tanah di hutan Tarik dekat Mojokerto yang kemudian daerah itu dijadikan sebagai tempat berdirinya kerajaan Majapahit. Raden Wijaya kemudian menyusun kekuatan di Majapahit dan mencari saat yang tepat untuk menyerang balik Jayakatwang. Untuk itu, dia mencoba mencari dukungan kekuatan dari raja-raja yang masih setia pada Singasari atau raja yang kurang senang pada Jayakatwang. Kesempatan untuk menghancurkan Jayakatwang akhirnya muncul setelah tentara Mongol mendarat di Jawa untuk menyerang Kertanegara.
  2. Jayanegara. Pada masa pemerintahannya, Jayanegara dirongrong oleh serentetan pemberontakan. Pemberontakan-pemberontakan ini datang dari Ranggalawe (1309), Lembu Sora (1311), Juru Demung dan Gajah Biru (1314), Nambi (1316), dan Kuti (1320). Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya karena Kuti berhasil menduduki ibu kota Majapahit, sehingga raja Jayanegara terpaksa melarikan diri ke daerah Badandea. Jayanegara diselamatkan oleh pasukan Bhayangkari di bawah pimpinan Gajah Mada. Berkat ketangkasan dan siasat jitu dari Gajah Mada, pemberontakan Kuti berhasil ditumpas. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih di Kahuripan pada tahun 1321 M dan Patih di Daha (Kediri). Pada tahun 1328, Jayanegara tewas dibunuh oleh Tabib Israna Ratanca, ia didharmakan di dalam pura di Sila Petak dan Bubat. Jayanegara tidak mempunyai putra, maka takhta kerajaan digantikan oleh adik perempuannya yang bernama Tribhuanatunggadewi. Ia dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Tribhuanatunggadewi Jaya Wisnu Wardhani.
  3. Tribhuanatunggadewi. Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai penghargaan atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih di Majapahit oleh Tribhuanatunggadewi. Di hadapan raja dan para pembesar Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Isi sumpahnya, ia tidak akan Amukti Palapa sebelum ia dapat menundukkan Nusantara, yaitu Gurun, Seran, Panjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik. Dalam rangka mewujudkan cita-citanya, Gajah Mada menaklukkan Bali pada tahun 1334, kemudian Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Sumatra, dan beberapa daerah di Semenanjung Malaka. Seperti yang tercantum dalam kitab Negarakertagama, wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit sangat luas, yakni meliputi daerah hampir seluas wilayah Republik Indonesia sekarang.
  4. Hayam Wuruk. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Nusantara. Pada saat itulah cita-cita Gajah Mada dengan Sumpah Palapa berhasil diwujudkan. Usaha Gajah Mada dalam melaksanakan politiknya, berakhir pada tahun 1357 dengan terjadinya peristiwa di Bubat, yaitu perang antara Pajajaran dengan Majapahit. Pada waktu itu, Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi putri Dyah Pitaloka. Sebelum putri Dyah Pitaloka dan ayahnya beserta para pembesar Kerajaan Pajajaran sampai di Majapahit, mereka beristirahat di lapangan Bubat. Di sana terjadi perselisihan antara Gajah Mada yang menghendaki agar putri itu dipersembahkan oleh raja Pajajaran kepada raja Majapahit. Para pembesar Kerajaan Pajajaran tidak setuju, akhirnya terjadilah peperangan di Bubat yang menyebabkan semua rombongan Kerajaan Pajajaran gugur. Pada tahun 1364 M, Gajah Mada meninggal dunia. Hal itu merupakan kehilangan yang sangat besar bagi Majapahit. Kemudian pada tahun 1389 Raja Hayam Wuruk meninggal dunia. Hal ini menjadi salah satu penyebab surutnya kebesaran Kerajaan Majapahit di samping terjadinya pertentangan yang berkembang menjadi perang saudara.
  5. Wikramawardhana. Setelah Hayam Wuruk meninggal, takhta Kerajaan Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana. Ia adalah menantu Hayam Wuruk yang menikah dengan putrinya yang bernama Kusumawardhani. Ia memerintah Kerajaan Majapahit selama dua belas tahun. Pada tahun 1429 M, Wikramawardhana meninggal dunia.
  6. Suhita (1429 M 1447 M), putri Wikramawardhana;
  7. Kertawijaya (1448 M 1451 M), adik Suhita;
  8. Sri Rajasawardhana (1451 M 1453 M);
  9. Girindrawardhana (1456 M 1466 M), anak dari Kertawijaya;
  10. Sri Singhawikramawardhana (1466 M 1474 M);
  11. Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.
Silsilah Kerajaan Majapahit
Majapahit dikenal pula dengan nama Wilwatikta. Kerajaan ini dipimpin oleh 12 raja yang memerintah secara berurutan. Keduabelas raja tersebut yakni: Dyah Wijaya, Jayanagara, Tribhuwana Tunggadewi, Hayam Wuruk, Wikramawardhana, Sri Suhita, Dyah Kertawijaya, Rajasawardhana, Girishawardhana, Singhawikramawardhana, Bhre Kertabhumi, dan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.
Silsilah Kerajaan Majapahit
Silsilah Kerajaan Majapahit

Pembagian Wilayah Kerajaan Majapahit
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari,[17] terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin. Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. 
Wilayah Kerajaan Majapahit
Wilayah Kerajaan Majapahit

Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
  • Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
  • Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
  • Watek: dikelola oleh wiyasa,
  • Kuwu: dikelola oleh lurah,
  • Wanua: dikelola oleh thani,
  • Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.
Peninggalan Kerajaan Majapahit
Candi
  1. Candi Tikus. Candi Tikus merupakan salah satu peninggalan kerajaan Majapahit. Letak Candi Tikus ada di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi Tikus sebelumnya telah terkubur, namun ditemukan kembali sejak tahun 1914 dan kemudian dilakukan pemugara pada era 80an.
  2. Candi Bajang Ratu merupakan sebuah candi berbentuk gapura peninggalan Kerajaan Majapahit. Letak Bajang Ratu ada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Bangunan ini diperkirakan dibangun pada abad ke-14 Masehi dan mulai dinamai Bajang Ratu sejak tahun 1915.
  3. Candi Sukuh terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar yang ada di provinsi Jawa Tengah. Dengan corak Hindu, candi ini juga jadi salah satu candi peninggalan Majapahit. Struktur bangunan Candi Sukuh terdiri dari tiga teras.
  4. Candi Brahu merupakan candi dalam kompleks situs arkeologi Trowulan sebagai salah satu candi peninggalan Majapahit. Letak Candi Brahu ada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi ini dibangun bercorak Buddha dengan tinggi mencapai 20 meter.
  5. Candi Wringin Lawang adalah candi berbentuk gapura yang juga salah satu peninggalan Majapahit. Letaknya ada di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Diperkirakan bangunan ini mulai dibangun pada abad ke-14 Masehi lalu.
  6. Candi Ceto terletak di lereng Gunung Lawu pada Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Diduga candi ini dibangun pada akhir masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Kompleks candi digunakan oleh penduduk setempat dan juga peziarah yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan.
  7. Candi Surawana merupakan candi bercorak Hindu yang terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Nama asli candi ini adalah Wishnubhawanapura. Dibangun pada abad ke-14 oleh raja dari Kerajaan Wengker yang masih di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
  8. Candi Wringin Branjang merupakan candi yang terletak di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Bentuk atap candi menyerupai atap rumah biasa, dan diduga bangunan candi ini merupakan tempat penyimpanan alat-alat upacara dari zaman kerajaan Majapahit.
  9. Candi Pari terletak di Desa Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit, candi ini dibangun untuk mengenang tempat hilangnya seorang sahabat atau adik angkat dari salah satu putra Prabu Brawijaya dan istrinya yang menolak tinggal di keraton Majapahit di kala itu.
  10. Candi Kedaton merupakan salah satu candi bercorak Hindu yang menjadi peninggalan Kerajaan Majapahit. Letak candi ini berada di kompleks situs arkeologi di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi ini memiliki struktur terbentuk dari pondasi batu bata merah.
  11. Candi Minak Jinggo
  12. Candi Grinting
  13. Candi Jolotundo
  14. Candi Gentong
Prasasti
  1. Prasasti Alasantan (939 Masehi), ditemukan di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto
  2. Prasasti Kamban (941 Masehi), ditemukan tertulis dalam bahasa Kawi
  3. Prasasti Hara-Hara (966 Masehi), dikenal juga sebagai prasasti Trowulan VI
  4. Prasasti Maribong (1264 Masehi), dikenal juga sebagai prasasti Trowulan II
  5. Prasasti Wurare (1289 Masehi), ditemukan di daerah Kandang Gajak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto
  6. Prasasti Kudadu (1294 Masehi), ditemukan di lereng Gunung Butak di wilayah perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang.
  7. Prasasti Sukamerta (1296 Masehi), ditemukan di Gunung Penanggungan, dikenal juga sebagai Prasasti Raden Wijaya.
  8. Prasasti Butulan (1298 Masehi), ditemukn di Kawasan Pegunungan Kapur Utara di Kabupaten Gresik
  9. Prasasti Balawi (1305 Masehi), ditemukan di Desa Blawi di wilayah Kabupaten Lamongan
  10. Prasasti Canggu (1358 Masehi), dikenal juga sebagai prasasti Trowulan I
  11. Prasasti Biluluk I (1366 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan
  12. Prasasti Karang Bogem (1387 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik
  13. Prasasti Katiden (1392 Masehi), ditemukan di wilayah Kabupaten Malang
  14. Prasasti Biluluk II (1393 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan
  15. Prasasti Biluluk III (1395 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan
  16. Prasasti Lumpang (1395 Masehi), ditemukan di wilayah Kabupaten Malang dan dikenal sebagai prasasti Katiden II
  17. Prasasti Waringin Pitu (1447 Masehi), ditemukan di wilayah Kabupaten Mojokerto
  18. Prasasti Marahi Manuk, ditemukan di wilayah Kabupaten Mojokerto
  19. Prasasti Parung, ditemukan di wilayah Kabupaten Mojokerto
Kitab
  1. Kitab Negarakertama, dikarang oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 Masehi
  2. Kitab Sutasoma, dikarang oleh Empu Tantular
  3. Kitab Arjunawiwaha, dikarang oleh Empu Tantular
  4. Kitab Kutaramanawa, dikarang oleh Gajah Mada
  5. Kitab Kunjakarna, tidak diketahui siapa pengarangnya
  6. Kitab Parthayajna, tidak diketahui siapa pengarangnya
  7. Kitab Pararaton, tidak diketahui siapa pengarangnya
  8. Kitab Sudayana, tidak diketahui siapa pengarangnya
  9. Kitab Ronggolawe, tidak diketahui siapa pengarangnya
  10. Kitab Sorandakan, tidak diketahui siapa pengarangnya
  11. Kitab Panjiwijayakarma, tidak diketahui siapa pengarangnya
  12. Kitab Usana Jawa, tidak diketahui siapa pengarangnya
  13. Kitab Usana Bali, tidak diketahui siapa pengarangnya
  14. Kitab Tantu Panggelaran, tidak diketahui siapa pengarangnya
  15. Kitab Calon Arang, tidak diketahui siapa pengarangnya
Agama Kerajaan Majapahit
Prasasti Waringinpitu yang dikeluarkan oleh Raja Kertawijaya pada 1369 Saka (1447) menyebut nama-nama pejabat birokrasi kerajaan di tingkat pusat. Di antaranya Dharmmadhyaksa ring kasaiwan (pejabat tinggi yang mengurusi Agama Siwa) dan Dharmmadhyaksa ring kasogatan (pejabat tinggi yang mengurusi Agama Buddha). Dari keterangan itu, menurut arkeolog dan epigraf Hasan Djafar, dapat diketahui di Kerajaan Majapahit setidaknya ada dua agama resmi, yaitu Agama Siwa dan Agama Buddha. Pada perkembangannya, yaitu ketika Majapahit akhir, peran agama Buddha seakan “menghilang”. Sementara bangunan sucinya kebanyakan bercorak Siwa. Ini menunjukkan hubungan erat antara kedua agama itu. Oleh beberapa sarjana, hubungan ini disebut dengan berbagai istilah. H. Kern menyebutnya percampuran. N.J. Krom, W.H. Rassers, dan P.J. Zoetmulder menyebutnya perpaduan. Sedangkan Th. G. Th. Pigeaud menyebutnya kesejajaran.
Gajah Mada, Tokoh Penting Kerajaan Majapahit
Gajah Mada, Tokoh Penting Kerajaan Majapahit

Runtuhnya Kerajaan Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Kematian Hayam Wuruk dan adanya konflik perebutan takhta menyebabkan daerah-daerah Majapahit di bagian utara Sumatra dan Semenanjung Malaya memerdekakan diri, dimana semenanjung Malaya menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Ayutthaya hingga nantinya muncul Kesultanan Melaka yang didukung oleh Dinasti Ming. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta.[5] Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatra. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri.
Pada masa pemerintahan Wikramawardhana, daerah kekuasaan Majapahit di pulau Sumatra hanya tinggal Indragiri, Jambi dan Palembang, sebagaimana ditulis pada catatan Yingyai Shenglan ciptaan Ma Huan, salah satu penerjemah laksamana Cheng Ho. Dan setelah kematian Wikramawardhana dan masa pemerintahan penerusnya, daerah Indragiri diberikan kepada Mansur Syah dari Malaka sebagai hadiah pernikahannya dengan putri Majapahit, yang semakin mengurangi kendali Majapahit di Sumatra. Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia. Kapal yang ditampilkan ini berjenis kapal Borobudur. Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi, Singhawikramawardhana mengasingkan diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus melanjutkan pemerintahannya di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dengan memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu dan Budha atas kebijakan Bhre Kertabumi serta mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih Udara. Akibat konflik dinasti ini, Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan Demak yang didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di pantai utara Jawa. Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1518.
Itulah Kerajan Majapahit: Sumber Sejarah, Raja, Silsilah, Agama, Kejayaan Serta Kemundurannya, Semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita semua.[ks]