Perkembangan Pengetahuan di Mesir dan Babylonia Sekitar tahun 3000 SM di daerah Mesopotamia, yaitu di lembah sungai Tigris dan Euphrat, orang mulai bertani dalam jumlah besar. Mereka menggunakan binatang dan bajak untuk membajak tanah, memiliki perahu dan kendaraan beroda untuk keperluan transportasi.
Pada masa itu pula mereka memperoleh kemajuan besar dalam mengolah dan memanfaatkan perunggu sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu mereka juga telah mampu dalam membuat barang-barang dari keramik. Pada tahun 2500 SM Bangsa Sumer yang mendiami daerah Mesopotamia telah mengenal matematika, dalam arti mempunyai kemampuan berhitung dan menuliskan lambang bilangan-bilangan, membuat penjumlahan, pengurangan dan perkalian bilangan-bilangan tersebut. Menjelang tahun 2000 SM, Bangsa Sumer ditaklukkan oleh orang-orang Semit di bawah Dinasti Hammurabi. Di bawah penguasaan dinasti ini, Kerajaan Babylonia mengalami kemajuan kebudayaan yang pesat. Banyak sekolah didirikan untuk memberikan latihan bagi para pemuka agama. Matematika makin berkembang dan geometri juga telah menjadi pengetahuan yang berguna bagi orang Babylonia, terutama dalam melaksanakan pengukuran panjang. Selain satuan ukuran panjang, mereka memiliki pula satuan ukuran berat dengan menggunakan logam tembaga dan perak.
Orang Babilonia telah lama mengenal waktu. Dengan memperhatikan pergantian musim yang dikaitkan dengan masa bercocok tanam. Mereka membagi waktu dalam satuan hari. Pengamatan terhadap perubahan bentuk bulan yang dilakukan sehingga menimbulkan satuan waktu yang lebih lama, yaitu bulan. Pergantian musim dihitung dalam jumlah bulan, dan ± tahun 2000 SM, mereka telah mampu membagi hari dalam jam serta menyatakan bahwa satu tahun terdiri atas 365 hari.
Pengamatan terhadap angkasa dan bintang-bintang dilakukan oleh para pemuka agama. Mereka memberi nama pada kelompok bintangbintang dengan Pisces, Gemini, Scorpio, dan lain-lain, yang sekarang dikenal dengan nama zodiak. Melalui pengamatan tersebut, mereka mencoba maramalkan nasib seseorang yang dikaitkan dengan hari kelahirannya. Pengetahuan tentang kedokteran juga telah lama dikenal di Babylonia. Pada tahun 2350 SM telah ada dokter di daerah Babylonia Selatan. Akan tetapi pada saat itu pengetahuan yang dikembangkan bercampur dengan anggapan bahwa penyakit itu dibawa oleh roh jahat. Oleh karena itu pengobatannya pun dilakukan melalui obat dan mantera. Hal ini diketahui dari buku-buku kedokteran yang memuat tulisan yang berisi campuran antara resep dan mantera.
Dalam bidang ekonomi, orang Babylonia juga telah mengenal perdagangan, cara pinjam-meminjam uang. Uang dipergunakan untuk mengangkat perdagangan dari bentuk barter. Ada pula ahli kerajinan tangan yang antara lain membuat sepatu, menyamak kulit, memotong batu, mengukir gading, membuat bata, porselen, tekstil, dan lain-lain. Dengan demikian pekerjaan makin terdiferensiasi. Dibandingkan dengan Babylonia, kebudayaan Mesir pada zaman purba sudah lebih maju. Dalam bidang transportasi, orang Mesir berhasil menemukan kereta beroda dan perahu layar. Di samping itu mereka juga telah mengenal timbangan yang memungkinkan mereka mengetahui berat suatu benda. Pembuatan tekstil dengan cara menenun telah dilakukan dengan alat tenun.
Pada tahun 2500 SM, di Mesir telah dibangun suatu paramid yang sisi-sisinya tepat menghadap Barat, Timur, Utara dan Selatan. Dalam membangun suatu paramida tidak saja sisi-sisinya harus menghadap arah mata angin, tetapi alasnya haruslah berbentuk bujur sangkar yaitu segi empat yang bersisi sama panjang dan bersudut siku-siku. Untuk membentuk sudut 900 orang Mesir menggunakan tali. Tiga utas tali
masing-masing berukuran panjang 3, 4, dan 5 satuan diikatkan satu dengan lainnya dan direnggangkan pada simpul-simpul itu sehingga membentuk segitiga siku-siku. Dengan demikian matematika telah digunakan untuk menghitung sudut elevasi piramida. Di samping itu matematika juga sering digunakan untuk menghitung isi gudang, membagi bahan makanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk dan binatang pada suatu orde tertentu, dan penyelesaian suatu persamaan dengan satu bilangan yang tak diketahui. Dalam bidang kedokteran, bangsa Mesir lebih maju di bandingkan bangsa Babylonia. Beberapa papirus yang ditemukan di Mesir memuat tulisan tentang cara-cara pengobatan orang sakit. Pada papirus Ebers misalnya, terdapat keterangan tentang denyut nadi pada beberapa bagian badan, mekanisme pernapasan, daftar penyakit, resep obat untuk penyakit mata, telinga, perut, dan lain-lain. Pengobatan suatu penyakit selain menggunakan obat-obatan yang terdiri dari ramuan tumbuhan dan bahan kimia seperti minyak jarak, gentian, soda, garam, timbal, dan garam tembaga, juga menggunakan mantera. Lemak harimau, buaya, ular dan angsa digunakan sebagai obat penumbuh rambut. Dalam papirus ini ditulis pula cara-cara mengawetkan makanan dengan menggunakan garam, cuka dan lain-lain. Dokter pertama kali dikisahkan bernama Imhotep dan kemudian dianggap sebagai dewa pengobatan pada tahun 3000 SM, sedangkan gambar-gambar tentang suatu operasi atau pembedahan telah ada pada tahun 2500 SM. Gambar tersebut terdapat sebagai ukiran dalam suatu makam di Mesir. Akan tetapi pada orang yang menderita penyakit jiwa, pengobatannya tidak melalui dokter akan tetapi diserahkan pada ahli mengusir roh jahat. Dalam bidang pengolahan logam, orang Mesir telah lama mengenal cara-cara pemurnian emas, pengolahan besi serta bijih logam lainnya. Hal ini dapat diketahui dengan ditemukannya benda-benda dari logam yang berupa perhiasan atau senjata. Emas, perak dan tembaga diperkirakan telah ada pada tahun 3000 SM. Perunggu telah dipergunakan orang pada tahun 2500 SM dan pada waktu itu besi dan timbal telah ditemukan.
Raksa mulai dikenal orang pada tahun 1500 SM. Besi merupakan logam yang disukai dan dihargai, akan tetapi karena mudah berkarat maka logam ini tidak banyak dipakai dalam upacara keagamaan ataupun untuk hiasan. Timbal terdapat sebagai bijih timbal sulfida di suatu tempat dekat Laut Merah. Tambang emas terletak di sebelah timur Sungai Nil di daerah yang disebut Nubia.
Selain logam, orang Mesir juga mengenal cara pembuatan gelas dan keramik. Mereka telah menggunakan alat yang berupa roda yang berputar pada sumbu tegak untuk memberi bentuk kepada tanah liat yang digunakan, misalnya bentuk suatu bejana kemudian dibakar dalam sebuah tungku atau tanur tinggi yang tertutup. Pembuatan gelas secara besar-besaran baru dilakukan pada tahun 1370 SM dengan menggunakan natron yang dilebur bersama kwarsa. Senyawa-senyawa tembaga dipakai untuk memberi warna hijau atau biru pada gelas. Kira-kira pada tahun 4000 SM orang-orang Mesir juga telah mengenal zat warna indigo yang digunakan untuk memberi warna pada tekstil.[am]