Mengenal Prasasti Sebagai Sumber Sejarah

Mengenal Prasasti Sebagai Sumber Sejarah – Prasasti merupakan sumber terpenting dalam mengungkap Sejarah pada masa Kerjaan Hindu – Buddha dan MasaKerajaan Islam. Prasasti merupakan sebuah batu tulis yang kalau diartikan maka Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan [wikipedia].
Prasasti biasanya merupakan sebuah batu yang ditulis dengan bahasa atau tulisan kuno, contoh prasasti yang ada di Indonesia adalah Prasasti Bukit Gombak. Pada prasasti atau batu tulis ini tertera tulisan sebagai berikut:
Prasasti Bukit Gombak
swasti sakawarsatita 824 posa masa tithi dasami kresnapaksa. tunglai. kaliwuan. soma wara. daksinastha jaista naksatra. mitra dewata. sukarmma yoga
Kalau dialih aksarakan kedalam bahasa Indonesia, maka kira-kira arti dari tulisan diatas adalah sebagai beriku:
Selamat! Tahun Saka telah berlangsung 824 tahun, bulan Posa, tanggal 10 paro gelap, pada hari tunglai, kaliwuan dan hari senin, kedudukan planet di selatan, bintang Jaista: dewa Mitra, yoga…
Ya.. itulah salah satu dari ratusan bahkan rubuan prasasti yang terdapat di Indonesia, baik yang sudah ditemukan dan diterjemahkan, maupun yang masih dalam tahap penelitian dan bahkan masih banyak prasasti yang yang sampai saat ini belom ditemukan.
Arti penting prasasti dalam mengungkap peristiwa sejarah masa lalu begitu besar, Prasasti yang kebanyakan terbuat dari batu juga termasuk sumber sejarah handal, karena ketahanan bahan prasasti untuk tetap bertahan oleh waktu, karena prasasti ini terbuat dari batu. Adapun kelemahan Prasasti sebagai sumber sejarah adalah peristiwa yang tertulis di prasasti sangat berpotensi menimbulkan sejarah yang bersifat subjektif, artinya orang-orang terdahulu yang membuat prasasti hanyalah orang-orang besar atau raja saja, orang-orang kecil atau rakyat tidak mungkin bisa membuat prasasti untuk menulis peristiwa penting mereka. Selama ini prasasti yang ditemukan di Indonesia Isinya cenderung hanya sebuah peristiwa kemenangan pihak pembuat prasasti, dan ada juga prasasti yang hanya mengumbar pemuajaan terhadap raja yang berkuasa, sangat nihil prasasti yang dengan tegas menuliskan keburukan seorang raja.[am]