Model dan Skenario Pembelajaran Sejarah

Model dan Skenario Pembelajaran Sejarah Paradigma belajar bagi peserta didik menurut jiwa kurikulum 2013 adalah peserta didik aktif mencari bukan lagi peserta didik menerima. Oleh karena itu, pembelajaran harus dikembangkan menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, dan kreatif. Indonesia sebenarnya sudah lama dikembangkan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan Paikem. Pendekatan ini tampaknya sangat relevan dengan kemauan model pembelajaran untuk mendukung pelaksanakan Kurikulum 2013. Begitu juga pembelajaran Sejarah Indonesia sangat cocok dengan pendekatan Paikem. Paikem adalah singkatan dari prinsip pembelajaran: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
  • Aktif, maksudnya guru berusaha menciptakan suasana sedemikian rupa agar peserta didik aktif melakukan serta mencari pengetahuan dan pengalamannya sendiri
  • Inovatif, pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ada, tidak monoton. Guru selalu mencari model yang kontekstual yang dapat menarik peserta didik.
  • Kreatif, agak mirip dengan inovatif, guru harus mengembangkan kegiatan belajar yang beragam, menciptakan pembelajaran baru yang penuh tantangan, pembelajaran berbasis masalah sehingga mendorong peserta didik untuk merumuskan masalah dan cara pemecahannya.
  • Efektif, guru harus secara tepat memilih model dan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan, materi dan situasi sehingga tujuan dapat tercapai dan bermakna bagi peserta didik.
  • Menyenangkan, guru harus berusaha dan menciptakan proses pembelajaran Sejarah Indonesia itu menjadi menyenangkan bagi peserta didik. Apabila suasana menyenangkan maka peserta didik akan memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Melalui pendekatan tersebut banyak model pembelajaran yang dapat dikembangkan, misalnya: STAD (Student Teams- Achievement Divisions) dan TGT (Team-Game-Turnament), TAI (Team-Assisted Individualization), CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), Group Investigation, Jigsaw, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran Sejarah Indonesia, untuk kelas X guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kegiatan Pertama: Membaca
  • Setiap awal pembelajaran, peserta didik harus membaca teks yang tersedia di buku teks pelajaran Sejarah Indonesia.
  • Peserta didik dapat diberikan petunjuk penting yang perlu mendapat perhatian seperti istilah, konsep atau kejadian penting sejarah yang pengaruhnya sangat kuat dan luas dalam peristiwa sejarah berikutnya.
  • Peserta didik dapat diberikan petunjuk untuk mengamati gambar, foto, peta atau ilustrasi lain yang terdapat dalam bacaan.
  • Guru dapat menyiapkan diri dengan membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Peserta didik dapat diberikan contoh-contoh yang terkait dengan materi yang ada di buku dengan daerah di sekitarnya, bila di daerah sekitar tidak terdapat pengaruh Hindu-Buddha maka dapat mengambil contoh-contoh dari daerah lain, ataupun lain provinsi. Guru dapat memperkaya materi dengan membandingkan buku teks pelajaran Sejarah Indonesia dengan buku literatur lain yang relevan.
  • Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif, guru dapat menampilkan foto-foto, gambar, denah, peta, dan dokumentasi audiovisual (film) yang relevan. Sebagai contoh untuk guru yang berada di Kabupaten Magelang dapat mendokumentasikan relief Candi Borobudur dan juga candi-candi di sekitarnya. Begitu pula dengan di daerah lain dapat mengambil contoh kasus di daerahnya masing-masing jika ada.
b. Kegiatan Kedua: Berdiskusi:
  • Peserta didik dapat dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan apa yang sudah mereka baca dan amati dari gambar, foto, peta, atau ilustrasi lain. Akan tetapi peserta didik dapat juga mendiskusikan isi bacaan itu dalam bentuk tanya jawab kelas.
  • Peserta didik menuliskan pemahaman mereka dari hasil diskusi dan yang belum mereka pahami dari hasil diskusi.
  • Peserta didik dapat membuat tulisan singkat untuk kemudian didiskusikan.
c. Kegiatan Ketiga: Menanya
  • Peserta didik dapat diberi motivasi untuk mengajukan pertanyaan lanjutan dari apa yang sudah mereka baca dan simpulkan dari kegiatan di atas.
  • Peserta didik dapat dilatih dalam bertanya dari pertanyaan yang faktual sampai pertanyaan yang hipotetikal (bersifat kausalitas).
d. Kegiatan Keempat: Ekplorasi Informasi
  • Guru merancang kegiatan untuk mencari informasi lanjutan baik melalui membaca sumber lain, mengamati dan mempelajari atau mengunjungi bukti-bukti peninggalan yang semasa dengan periode yang dibahas
  • Guru merancang kegiatan untuk mengindentifikasi bukti-bukti peninggalan yang semasa pada lingkungan sekitar peserta didik dengan membandingkan bukti-bukti peninggalan di daerah lain.
  • Guru merancang kegiatan untuk melakukan wawancara kepada tokoh masyarakat atau ilmuwan yang dianggap paham tentang permasalahan yang dibahas.
  • Jika memungkinkan, peserta didik dianjurkan untuk menggunakan sumber dari internet.
  • Peserta didik membuat catatan mengenai informasi penting dari apa yang dibaca dan diamati.
e. Kegiatan Kelima: Analisis/Mengasosiasi Informasi
  • Peserta didik dapat membandingkan informasi dari situasi saat ini dengan sumber bacaan yang terakhir diperoleh dengan sumber yang diperoleh dari buku untuk menemukan hal yang lebih mendalam, meluas atau bahkan berbeda.
  • Peserta didik menarik kesimpulan atau generalisasi dari informasi yang dibaca di buku dan informasi yang diperoleh dari sumber lainnya.
f. Kegiatan Keenam: Mengomunikasikan Hasil Analisis
  • Peserta didik melaporkan kesimpulan atau generalisasi dalam bentuk lisan, tertulis, atau media lainnya
  • Peserta didik dapat membuat cerita drama atau synopsis kemudian diperankan oleh setiap peserta didik.[gs]